Angka kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. Walaupun AKB ini turun dari 14 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2017, menjadi 12.4 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2019, dan angka yang dicapai ini masih menjadi tiga penyumbang utama kematian bayi di Asia Tenggara, setelah Kamboja dan Laos. Berdasarkan laporan Unicef 2015 mendapatkan bahwa 35.5% dari kematian neonatus di Indonesia disebabkan oleh komplikasi prematuritas, diikuti dengan asfiksia dan trauma lahir 21,6%, infeksi (sepsis) 13%, dan kelainan bawaan (11,7%)

Bayi prematur berisiko mengalami kesulitan makan, baik pemberian makan dan mempertahankan kemampuan makan yang kompeten dari waktu kewaktu. Pemberian makan oral bayi prematur dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk usia gestasi, keadaan bayi dan stabilitas fisiologis (Geddes et al., 2017).  Tenaga kesehatan harus mengetahui intervensi yang tepat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi secara adekuat (Geddes, 2018). Manajemen pemberian nutrisi bayi prematur menjadi fokus utama dalam perawatan bayi untuk menghindari gagal tumbuh pada bayi prematur (Wandita, 2016). Nutrisi bayi prematur dapat dalam bentuk air susu ibu (ASI), donor ASI dan susu formula. Manfaat Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi prematur adalah untuk meningkatkan imunitas bayi, merangsang peristaltik usus yang belum matang, dan berguna untuk pertumbuhan syaraf bayi (Wandita, 2016). ASI juga mempunyai efek perlindungan terhadap kejadian NEC (necrotizing enterocolitis) dan kemungkinan ROP (retinopathy of prematurity) berat (Miller et al., 2018).

Berdasarkan hal tersebut di atas nutrisi pada neonates khususnya pada bayi premature sangatlah penting karena nutrisi sangat berguna untuk proses tumbuh kembang neonates. Dengan adanya manajemen nutrisi neonates yang baik khususnya pada bayi premature harpannya dapat meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan angka kematian bayi.